24 Juli 2009

Pada Satu Waktu ( about Hendro story)

Lama aku tak nulis di blogku. Tanggal 25 Maret sampai dengan tanggal 24 Juli 2009. Wuih hampir empat bulan (eh malah empat bulan ding~!).

Tadi aku selintas ingat sama temenku waktu di Lampung. Hendro namanya. Umurnya sekitar 40-an lah. Akhir 90-an awal tahun 2000-an, dia mengelola bisnis wartel (waktu itu, hp masih mahal dan masih sedikit yang pakai). Lumayan maju, bisnisnya. Letak yang strategis dan dekat dengan perkantoran menjadi alasan kenapa usahanya maju. Disamping itu, yang jelas saingan yang tidak juga menjadikan usaha Hendro maju pesat. Dari hasil ngobrol-ngobrol dengan dia, dia mempunyai visi yang ternyata jauh ke depan. Dalam bayangan dia, Hendro sudah punya step-step dari usahanya. Dari usaha wartel yang terus berkembang, dia mempunyai rencana untuk mengembangkan usaha fotocopy . Pangsa pasar yang dia bidik jelas. Kebetulan tempat usahanya dekat dengan Balai Penataran Guru (BPG). Jadi, kalau ada orang yang sedang diklat atau ada kegiatan di BPG, orang tidak perlu jauh-jauh fotocopy ataupun telepon. Kebetulan waktu itu frekuensi diklat di BPG tinggi, Jadi dalam setahun, bisa dikatakan selalu ada kegiatan di sana. Hendro jeli melihat hal itu. Setelah usaha wartel dan fotocopy, sudah jalan. Hendro merencanakan membuka butik kecil-kecilan. Baju-baju, jilbab dia coba tawarkan ke pengunjung wartelnya. Not bad lah, ada satu dua orang yang mau lihat-lihat dan milih-milih dagangan dia. Sirkulasi butik dia ya tidak jelek-jelek amat. Masih ada income dari usaha butiknya. Rupanya, dari tiga unit usaha yang dia jalankan, dia coba kembangkan lagi unit yang lain. Dia merintis usaha jahitan (kebetulan waktu calon isterinya bisa menjahit). Disamping itu, dia juga bisnis MLM-an (mulut lewat mulut alias makelaran hehehe....) apa aja.

Aku pikir hebat orang ini. Step yang dia inginkan sangat jelas dan terarah. Dia punya kemampuan untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship yang mungkin tidak semua orang bisa berpikir kayak dia. Tentu, namanya usaha tanpa dukungan finansial yang kuat tidak akan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Itu bisa kita pahami bersama. Yang ingin saya garisbawahi adalah Dia bisa mengkombinasikan antara kemampuan finansial dan kemampuan entrepreneurship-nya dengan baik. Dan, mungkin yang tak kalah pentingnya untuk di upload di sini adalah, sebenarnya dia invalid. Dengan duduk di atas kursi rodanya, dia menjalankan usahanya. Keinvalidan dia tidak menjadikan dia give up atas hidupnya. Dia punya semangat. Dia punya kemauan. Dan, dia punya kemampuan untuk hidupnya. Tanpa bergantung sepenuhnya pada orang lain, dia melakukan semua itu. Aku tahu dia bahagia dengan semua yang telah diraihnya. Isteri yang setia dan anak (waktu itu masih satu) yang lucu memberikan dia tambahan kebahagiaan. Aku bangga berteman dengan orang-orang yang menjadi hebat. Orang yang bisa mandiri.

Agenda Ekonomi Syariah dan AM IMF-WB 2018

Dimuat di Kanigoro.com 29 Agustus 2018 Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-WB) akan digelar di Nusa Dua Bali t...