25 Februari 2009

Ironi

Hidup kadang harus diawali dengan ironi. Selalu ada gap. Selalu ada celah yang mungkin menjadi kekurangan yang harus ditutupi. Tapi, disitulah awal mula sebuah keberhasilan atau kegagalan, karena semuanya harus diperjuangkan yang kadang jalan terjal pun harus ditempuh. Bagi yang berpikiran positif, ironi menjadi semacam a fighting spirit yang mungkin jadi trigger kita untuk berbuat lebih baik dari sekarang.

Ada sebuah kisah cowok yang mengagumi seorang cewek yang smart, litle sweet and beauty litle girl pada waktu masih kelas empat SD. Kekaguman yang menjadi rasa menyukai dan kemudian mencintai dengan diam-diam. Si cewek tak pernah tau kalau cowok itu mencintainya. Dalam rentang waktu selepas SD sampai SMA, mereka berdua berpisah. Berjalan sendiri-sendiri. Mengikuti langkah kaki masing-masing. Tetapi bagi cowok itu, never ending love untuk cewek itu yang jadi inspirasi lamunan-lamunan puisi dan cerpennya. Perlahan kisah itu mengalir begitu saja. Sampai pada satu waktu dimana mereka dipertemukan lagi dalam satu moment. Komunikasi berjalan kembali. Sentuhan hati yang coba dirajut kembali oleh si cowok. Dia pikir inilah destiny dia berjodoh sama cewek itu. The second chance must be realized. Sekian lama berpisah kemudian dipertemukan kembali apa itu bukan sebenar-benarnya jodoh? Dengan keberanian dan kalkulasi sikap si cewek ke dia, ditembaklah cewek itu lewat sehelai surat cinta. Namun apa yang terjadi? Alih-alih dia disambut cewek itu dengan cintanya, disambut senyum manis pun tidak. Bahkan si cewek dengan lugasnya menyatakan bahwa persahabatan yang dijalin selama ini ternyata telah diselingkuhi dengan adanya maksud-maksud terselubung si cowok. Cewek itu marahnya bukan main. Dia memutuskan hanya cukup sampai disitu lah hubungan yang telah terjalin. Dan persahabatan yang terselingkuhi pun berakhir dengan tragis. Sungguh ironis!
Bertahun-tahun kemudian, cowok itu tak bisa habis pikir apa yang salah dengan cara dia mengungkapkan rasa sukanya. Akan tetapi, nasi telah jadi bubur, suka nggak suka percintaan dia harus kandas disana. Tertatih-tatih dia harus menegakan keberanian dia menatap masa depan. Toh hidup harus tetap berlanjut. Dia harus realistis...Inilah kehidupan

(cited from 'Matahari Masih Ada')

Agenda Ekonomi Syariah dan AM IMF-WB 2018

Dimuat di Kanigoro.com 29 Agustus 2018 Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-WB) akan digelar di Nusa Dua Bali t...