12 Desember 2008

Putus

Cincin yang melingkar di jari manismu
Tak mampu mengikat cinta bersemayam
Tujuh tahun janji yang terpahat
Menjadi untaian abu yang hancur tersirap sang kala
Lalu kita pun tanpa makna

Sepi merasuk jiwa
Angin pun terasa berhembus di telinga
Ada kehampaan
Ada kelegaan

Putus adalah pilihan ketersakitan dari satu ikatan

01 Desember 2008

Avonturir singkat jakarta-bakauheni akhir november 2008

Seperti biasanya pada tiap malam sabtu dimana aku pulang, aku mulai pulang setelah pulang kerja. Jam empat seperempat, aku cabut duluan. Izin bos duluan. Dengan berjalan kaki, aku menyeberang ke sebelah hotel borobudur. Bis jurusan tangerang, cimone dan sekitarnya biasanya lewat disitu. Tidak sampai seperempat jam, bis P 100 lewat. Aku segera saja loncat kedalamnya. Menelusup di antara bau orang-orang yang mau pulang kerja. Perlahan bis itu maju. Tak perduli bis udah penuh, kenek bis masih aja menjejali bis dengan penumpang-penumpang yang berharap bisa pulang sebelum maghrib sampai rumah. Aku mencoba mencari tempat yang aman. Jauh dari himpitan dan injakan orang-orang disebelahku. Tapi, akibat banyaknya penumpang yang terus masuk, tak ada lagi tempat aman itu. Senggolan dan injakan serta bau keringat sudah menjadi bagian dari perjalananku. Sore itu juga.
Tak seperti biasanya, aku mencoba melakukan avonturir sedikit. Aku yang biasanya turun di kebon jeruk, sore itu aku ingin turun di kebon nanas. Nyari bis yang 'gila-gila' sedikit. Ngebut abisss.......... . Tancap gas. !! Tak terasa gerbang tol serang timur sudah didepan mata. Jam tujuh kurang aku dah loncat turun dari bis di gerbang tol itu. Kulihat ada beberapa orang yang nunggu bis disitu. Tak kulihat pak polisi yang menjaga tempat itu. Biasanya ada polisi yang menjaga disitu. Tak sampai lima menit, bis AC jurusan Merak datang. Segera aku naik ke bis itu. Tak seberapa banyak mobil itu. Kucoba kupejamkan mata. Perlahan mataku yang capai terpejam rapat.........
"Merak habis! Merak habis" teriakan kenek membangunkan tidur ayamku. Aku terkaget dan segera aku turun. Terminal Merak nampak menyambutku gelap dan berangin. Terminal yang ada di ujung Pulau Jawa kini telah terpisah dari dermaga Merak. Habis lebaran kemarin, mulai dioperasikan terminal baru Merak itu. Terminal yang menjadi sangat jauh bila kita turun kapal dari Bakauheni di Dermaga Empat. Disamping itu, terminal itu kayaknya belum siap benar dioperasikan. Itu bisa terlihat dari belum tersambungnya koridor antara dermaga dan terminal. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya orang yang baru dari dermaga turun dari kapal, terus mau naik bis waktu hujan datang, sementara koridor nggak nyambung. Pasti basah orang-orang itu!!! Disamping itu paving jalan di terminal juga belum merata da bergelombang, aspal pada bagian tertentu jalan yang juga nggak merata menambah kesan terminal jadi jelek. Belum lagi lampu penerangan terminal yang sangat minim dan pedagang kakilima yang berjualan disembarang tempat, menambah kesan terminal jadi kumuh. Tapi, itulah yang terjadi. Itu menjadi hal yang biasa-biasa saja bagi yang biasa melewatinya. Termasuk aku.
Aku segera bergegas ke tempat antrian tiket kapal. Tak banyak memang yang antri. Sambil jalan aku membeli tiket. Aku masuk ke kapal, mencari tempat menclok agar bisa bobo nyaman (he..he..he..) . Ruangan kelas satu kutuju. Semilir AC yang berhembus dan celotehan ibu-ibu yang baru belajar practice her first lesson in MLM lagi menceramahi seorang ibu yang satu bis denganku, memberi nuansa saat aku pejamkan mata dan coba membuang segala penatku. Bagiku, sudah menjadi hal yang biasa istirahat di tengah bisingnya penumpang lain. Yang penting bisa ngorok sebentar................Dua jam pelayaran akan membawaku ke Bakauheni.

Tak terasa, dua jam lewat aku terbangun. Kusingkapkan sedikit tirai jendela, aku kaget ternyata kapal belum juga merapat. Hanya bayangan hitam pulau kecil yang ada di sekitar pelabuhan Bakauheni. Tunggu punya tunggu, ternyata hampir satu jam kapal baru mulai merapat. Aku pun mulai turun dari ruangan. Sialnya, kapal merapatnya di dermaga empat. Tengah malam pula. Padahal tadinya kuperkirakan tengah sebelas malam aku sudah nyampai dermaga. Karena dermaga empat tidak ada koridor khusus untuk penumpang yang jalan kaki, terpaksa deh, aku turun lewat dek dasar kapal untuk keluar. Kulihat ada beberapa penumpang yang mulai mendekati pintu utamanya. Ada tujuh sampai sepuluh orang. Tiba-tiba ada sesosok tubuh yang tak terlalu kecil bertopi menyusup di antara orang-orang.
"Karang, Pak? Karang?! (Maksudnya, tanjungkarang)" dia menawarkan travel ke Bandarlampung.
Orang-orang yang biasa menyeberang sudah paham bahwa banyak calo di kapal yang menawarkan jasa travel. Aku melihat satu dua orang mendekat. Tertarik dengan tawaran dia.
Disebutlah harga 35.000 untuk sampai di Bandarlampung. Ada satu, dua orang yang berminat, termasuk aku. Ku pikir, malas juga kalo nunggu di dermaga empat yang pasti paling ujung dan tanpa fasilitas dan yang pasti paling jauh ke terminal bis atau travel. Syukur-syukur ada calo yang mau mencarikan travel. Kuintip dibawah sana ada beberapa mobil travel standby. Oke, deal sudah. Ketika pintu kapal terbuka, berhamburan lah orang-orang keluar kapal. Segera saja calo yang ada di daratan segera menyerbu ke kapal. Menawarkan travel dengan ramainya. Kebetulan calo yang mendekatiku tadi menawarkan APV. Lumayan. Paling enggak agak nyaman lah sedikit. Segera saja aku dan calon penumpang lainnya menuju mobil itu. Disitu ada beberapa calo lainnya. Mereka mengerubungi mobil itu.
"Geser, Pak. Geser...!" kata calo itu setelah aku masuk ke jok belakang.
Sudah ada satu penumpang di dalam. Segera saja ku pilih tempat duduk di pojok. Mobil itu cepat terisi. Sudah tujuh orang penumpang ada di dalam mobil itu. Delapan sama sopir. Tiba-tiba ada bapak dan anaknya yang mau ikut. Calo-calo itu minta kita yang sudah ada di dalam mobil untuk menggeser temapt duduk lagi.
"Mau geser kemana lagi!!?" salah seorang penumpang teriak "Ini sudah tiga orang satu jok. Mau ditambahin dimana?" marah rupanya bapak itu ke calonya
"Khan masih bisa" kata calo itu
Rupanya calo itu belum juga puas, masih diintipnya dalam mobil itu. Dicobanya dihitung lagi
"Bisa gimana? Lu liat enggak? Tuh udah penuh.....!" kata bapak yang marah itu
"Udah-udah!" kata bapak yang bawa anak "Kasihan juga anak saya kalo dipaksa naik" Bapak itu tidak jadi ikut mobil itu.
Akhirnya mobil itu akan berangkat juga. Sopir masuk ke mobil. Dia rupanya diikuti satu orang temannya yang ikut juga masuk setelah memberi uang ke para calo itu. Jadi dalam satu mobil itu, ada sembilan orang penumpang. Penuh juga mobil itu jadinya. Ketika mobil mau berangkat, calo-calo itu tiba-tiba saling berkejaran, mengitari mobil. Rupanya calo-calo itu memperebutkan uang yang dikasih sopir travel itu. Kulihat ada tiga calo yang saling berkejaran. Aku tidak melihat jelas berapa uang yang diperebutkan. Tapi, itu menjadi pemandangan yang menarik disela-sela keberangkatan travel itu. Tak jelas, calo yang mana yang dikasih sopir tadi. Tapi, itu 'jatah' yang diminta para calo itu. APV itu akhirnya berjalan, meninggalkan dermaga empat itu. Eh rupanya episode 'jatah' itu tak berakhir sampai disitu. Ketika travel itu sudah jalan kira-kira 1 kilometer dari gerbang dermaga, mobil yang jalan 50 km/jam itu dikejar sama motor. Sempat kejar-kejaran beberapa saat, akhirnya motor itu berhasil memaksa mobil travel itu minggir.
"Apa lagi?" tanya sopir galak. Seluruh penumpang travel kayaknya yang tadinya tidur-tidur ayam, jadi bangun.
"Ngasih berapa lu?" calo itu balik nanya
"Gua ngasih Bowo (temennya kali yang dikasih duit) total enam puluh lima ribu. Gua udah kasih semua ke dia. Semua!!!" nada sopir itu meninggi
"Masa si .....(?, lupa siapa yang dia sebut) ngasih gua cuma goceng (lima ribu)" kata calo itu sambil ngeloyor pergi. Sambil ngomel, sopir travel itu menjalankan mobilnya lagi.

Berakhir sudah semua ketegangan tadi. Rupanya itu tadi masalah duit. Oalah..........

Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi, seandainya Si Bowo ngotot memang cuma sedemikian yang dikasih si sopir sementara calo yang mengejar mobil itu ngotot bahwa duit yang dikasih sopir travel itu enam puluh lima ribu. ...............
Mungkin episode 'jatah' akan berlanjut dalam episode lainnya pada tengah malam itu

Agenda Ekonomi Syariah dan AM IMF-WB 2018

Dimuat di Kanigoro.com 29 Agustus 2018 Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-WB) akan digelar di Nusa Dua Bali t...