09 April 2010

Do something

Gua terus terang aja iri dengan profesi para wartawan. Mereka dekat dengan sumber berita (kalau nggak dekat ya nggak dapat berita ya?). Dengan cepat mereka mendapatkan informasi, mengolah, dan menyajikan informasi yang mereka peroleh. Detik demi detik. jadi sangat berarti bagi mereka karena tiap detik itu bisa jadi berita yang menarik dan jadi "headline' dimana semua mata orang tertuju pada berita yang mereka buat.

Profesi wartawan ini yang sebenarnya sempat gua idam-idamkan waktu SMA dulu karena pada dasarnya gua senang pada sesuatu hal yang berkaitan dengan tulis menulis. Saking semangatnya, gua ingat waktu itu sempet nyari brosur pelatihan wartawan jarak jauh. Namanya Al Jabr, kalau nggak salah. Yang namanya jadul, nyari infonya jg liat2 di koran dan ngirim lewat surat. Padahal kalo nggak sabaran, surat itu nyampenya bisa berminggu-minggu. Toh, itu gw jabanin juga. Udah dapat brosur, ikut pelatihan dan ya sudah begitu aja. Karena gua juga tahu bahwa untuk menjadi wartawan itu bukan lah proses yang instan. Namun perlu waktu dan pengalaman.

Namun, garis tangan rupanya tak mengarah ke situ. Tapi, tak apa. Toh seiring kemajuan teknologi, internet memudahkan harapan yang dulu pupus kini bangkit kembali. Sedikit-sedikit gua belajar merangkai kata (bukan bunga lho ya?) dan mencoba memberanikan diri untuk membuat 'berita' dalam bahasa gua sendiri. Sebenarnya bukan cuma sekedar merangkai kata, merangkai ide mungkin itu bisa jadi lebih tepat. Di sela-sela pekerjaan yang kadang tak terlalu padat, ide tulisan yang banyak itu bisa jadi liar dan kadang 'stuck'. Tapi, jujur sering macetnya dibanding jadi liarnya.

Dulu waktu masih jamanya buku diary yang jadi tempat kreatif bagi sebagian orang, gua pernah nyoba mengikuti ide untuk belajar menulis apapun dalam satu hari di buku diary. Dan, not bad lah waktu itu, hari per hari gua target bisa bikin tulisan. Setidaknya satu lembar penuh buku diary. Tulisan demi tulisan baik itu cuma curhat ataupun tulisan topik-topik tertentu yang up to date. Gua merasa mengalir saja. Enak gitu. Sayang diary yang gua corat coret itu hilang entah kemana. Padahal isinya udah lumayan banyak.

Sayang juga, setelah itu karena kesibukan gua lainnya, ide menulis perlahan pupus dengan sendirinya. Bener juga kata orang, semakin kita malas menulis semakin sulit ide keluar. Mungkin kalau nulisnya dulu rajin lain ceritanya kali. Tapi, apapun itu dalam menulis, gua feel free to expose my experience. Romantisme, keberhasilan, kegagalan, angan, cita-cita dan harapan kadang menjadikan tulisan sebagai pelampiasan atas semua itu. Kalaupun sekarang harus mulai lagi, mungkin akan perlu adaptasi lagi. Namun cepat atau lambat, gua yakin bisa akan mengalir seperti sedia kala. Do something and you get things!


Agenda Ekonomi Syariah dan AM IMF-WB 2018

Dimuat di Kanigoro.com 29 Agustus 2018 Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-WB) akan digelar di Nusa Dua Bali t...