26 Januari 2010

John Grisham

The main dangers in this life are the people who want to change everything. Or nothing - Lady Astor -

Gua suka dengan novel-novelnya John Grisham. Gaya berceritanya yang mengalir dan mempunyai kedalaman isi, itu sangat menarik. Sebagai mantan praktisi hukum, dia mempunyai banyak kasus yang bagus untuk dibuat novel. Gua pernah baca di website (jgrisham.com)-nya bagaimana dia mulai menulis novel. Dia dengan tekun menulis cerita dengan mencuri-curi waktu sebelum jam kerja. Itu dilakukannya sebelum dia terjun secara penuh sebagai novelis. Untuk novel pertamanya (A Time To Kill), coba tebak berapa lama dia menyelesaikannya? Tiga tahun, boo!! Gila nggak?! Tapi itu bukan hal yang sia-sia, karena setelah itu nama dia menjadi top banget. Dan, setelah itu novel-novel legal thriller-nya bertebaran. The Pelican Brief , The Firm, The Pelican Brief, The Client, The Chamber, The Rainmaker, The Runaway Jury, The Partner, The Street Lawyer, The Testament, The Brethren, A Painted House, Skipping Christmas, The Summons, The King of Torts, Bleachers, The Last Juror, The Broker, Playing for Pizza, The Appeal, and The Associate


Dari beberapa novel karyanya, ada beberapa novel yang gua rasa mempunyai pola dan alur cerita yang sama. Kita bisa lihat, biasanya sang tokoh adalah mahasiswa hukum atau kadang dia mengambil tokoh yang sangat biasa. Kemudian punya kasus hukum. Kasus membesar. Dapat sesuatu yang besar (duit, kasus). Kemudian lost begitu saja. Jadi biasa saja. Back to normal life. Jadi kayak orang mau dapat undian lotere kemudian hilang. Begitu saja. Tetapi, kekuatan novel thriller nya John Grisham yang pernah gua baca dia bisa menjalin alur cerita yang cantik dan mendalam. Terutama dalam konflik konflik legal para tokohnya. Sangat dalam dan kaya warna. Serta inspiratif. Gua suka.

06 Januari 2010

BE 7456 AT

Terkesima. Setengah nggak percaya satpam hotel bintang empat S**** (edited: gak mau jadi kasus Prita Jilid II hehehe..) yang di bilangan Gunung Sahari bertanya


"Bener Bapak mau ke S****?"

Kayaknya gua nggak meyakinkan bener jadi tamu hotel. Gua lihat ada nada pelecehan darinya. Sambil pikir-pikir, gua lihat diri sendiri apa ada yang salah dengan gua sampai-sampai satpam nggak percaya gua ada perlu di hotel itu. Tampang gua juga bukan tampang teroris. Gua juga nggak bawa tas gedhe. Kayaknya nggak ada yang salah kecuali mungkin BE 7456 AT gua.


"Bener, Pak!! Saya ada undangan rapat di sini" kataku meninggi


"Saya dari Departemen K*** Ditjen P**. Apa perlu saya mengeluarkan Surat Undangannya?"


Narsis gua muncul juga


"oh ya, Pak , Enggak...enggak perlu. Silahkan masuk" akhirnya satpam itu mempersilahkan gua masuk juga.


Brengsek tuh satpam. Kataku setelah masuk ke dalam hotel. Mentang-mentang gua bawa motor butut, dia seolah gak percaya gua ada acara penting di hotel itu. Isteriku yang kebetulan ikut mendengarkanku ngomel sambil senyum-senyum.


"Tadinya, aku mau ketawa melihat satpam nanya kayak tadi, tapi lihat kamu marah, jadi gak jadi ketawa" kata isteriku.


Aku nggak habis pikir bagaimana orang menjadi sangat materialistic oriented. Hanya berorientasi pada hal yang bersifat kebendaan kemudian bisa menilai orang dari apa yang melekat padanya. Mampu atau tidak mampu untuk cuma masuk ke hotel. Kasihan banget tuh satpam!! Entar kalo gua keki gua bawain toyota crown saloon tuh ke hotel itu!!

Agenda Ekonomi Syariah dan AM IMF-WB 2018

Dimuat di Kanigoro.com 29 Agustus 2018 Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-WB) akan digelar di Nusa Dua Bali t...