24 April 2012

Kerja Sampingan

Tak ada yang sempurna dalam hidup ini. Aku ingat pengalaman masa kecilku dulu. Aku delapan bersaudara. Satu telah meninggal mendahului kami. Ayah ibuku guru SD biasa. Dengan gaji yang biasa pula. Jaman aku SD dulu, terasa benar berat orang tua kami membiayai anak-anaknya yang mulai tubuh besar. Dari mulai uang jajan, uang sekolah dan biaya hidup anak-anaknya. Toh, orang tua kami cukup kreatif untuk menyambung hidup. Aku ingat, waktu itu setiap bulan puasa dimana satu bulan full libur, ibu jualan kelontong di pasar kecamatan. Jual piring, gelas, sendok, cangkir dan semacamnya. Tak tampak gurat kelelahan dalam wajahnya. Bayangkan! Satu bulan penuh sampe menjelang lebaran, ibu nyambi jualan di pasar. Hasil dagangannya itu? ya itu untuk beliin anak-anaknya baju lebaran. Mungkin itu kebanggaan ibu saya yang bisa membelikan baju lebaran yang kadang dibeliinnya setahun sekali saja. Bapak saya juga nggak kalah kreatifnya, dulu sempat juga punya daihatsu colt. Nggak tahu dapat uang darimana, Bapak beli mobil itu. Ceritanya, mobil itu dijadikan rental kecil2 an. Eh, baru pertama dirental, mobil itu kebalik! Emang sih, ditanggung perbaikannya sama yang nyewa. Tapi, setelah kejadian itu, Bapak trauma. Beberapa lama kemudian, mobil itu dijual. Gagal deh usaha Bapak. Toh, yang namanya usaha sampingan orang tua tetap jalan. Terakhir, yang aku ingat adalah beli sawah setelah sebelumnya mencoba menjadi makelar motor. Kayaknya mau berjalan lama tuh! Beberapa kali panen padi dan palawija, kami anak-anaknya ikutan ke sawah. Tapi tak terlalu lama, sawah itu dilego juga. Apa pasal? Si kakak mau kuliah, jadi berhubung gak ada lagi yang bisa dijual ya terpaksa sawah itu pun dijual. Toh, kayaknya pengorbanan orang tua membesarkan anak-anaknya tidak sia-sia. Setidaknya sekarang semua anak-anaknya dapat nyari makan sendiri tanpa merepotkan lagi orang tua.

Toh, pengalaman tentang kerja sampingan terus membekas di benakku. Setelah beranjak kerja beneran, aku mulai juga mencari kerja sampingan, kecil-kecilan aja. Aku ingat pertama kali mencoba bisnis dengan ikut-ikutan jualan beras temen. Temen yang juga baru mulai belajar bisnis jualan beras mengajak join. Ya sudah, daripada tidak banyak yang dikerjakan, aku mau aja diajak. Lumayanlah untuk tambah-tambah pengalaman. Untung satu kantong beras isi 25 kg kalau nggak salah sekitar lima rebu rupiah aja. Untuk ukuran tahun 1996-1998, uang segitu lumayan lah. Ingat benar waktu itu untuk membelanjakannya juga rasanya juga sayang. Mengingat betapa aku harus mengangkat dan mengantarkan sendiri beras yang dijual. Tapi biasa karena kurang sabar dan kali untungnya kurang banyak (hehehe....), ya cuma sebentar doang ngejalaninnya. Tapi, lumayan lah nambah pengalaman. Setelah lama nggak ada usaha coba lagi, akhirnya aku nyoba usaha lagi. Jual baju. Menilik sukses usaha kakakku, akhirnya aku melirik usaha jual baju. Kredit baju tepatnya. Dengan modal sekitar 1 jutaan, aku nyari baju-baju di Tanah Abang untuk dijual di Lampung dengan cara kredit. Cukup lumayan juga hasilnya, minimal 40% keuntungan bisa masuk dari jual beli baju kreditan dengan tempo 3 atau 4 kali bayar. Masalahnya ya itu pasar baju lebih cepat jenuh dibandingkan dengan pasar beras. Kalau beras, tiap orang pasti butuh terus hari-harinya. Tapi kalau baju, orang cukup 3 atau 4 kali dalam setahun baru butuh baju baru lagi. Dan, usaha jual beli baju itu juga tidak bertahan lama karena pasar yang sudah jenuh, tapi nggak mau memperluas pasar lagi. Lagian, toh usaha itu hanya sampingan ajah. Ya sudah, lama-lama lupa tuh bahwa usaha itu perlu terus dipelihara dan diingat-ingat bahwa kita itu punya usaha lain. Utang kreditan orang yang ngambil baju, lama-lama jadi malas ngambilnya gara-gara kreditnya makin sedikit. Ya sudah... kayaknya itu usaha jadinya impas aja ketika dikalkulasi lagi.

Nah, menjelang forty, isteri sih pernah bilang setidaknya ada usaha sampingan yang perlu diseriusi lagi. Usaha apa lagi ya?? Yang kira-kira bisa profit taking dan kita bisa konsisten menjaganya. Nggak muluk-muluk. Bisa naik haji lah minimal ...hehehe. Syukur2 bisa kebeli apartemen di tengah Jakarta. :D.

Ada konsep sederhana sih. Idenya sih udah lamaa banget sebenarnya. Konsep awalnya sederhana saja. Jadikan konsumen sebagai raja. A consumer is a king. Kepenginnya sih punya mart/swalayan mini tapi lengkap dan mampu men-servis satu area tertentu, semisal satu kompleks perumahan dengan sistem COD. Seberapapun (dalam jumlah minimal tertentu) barang yang dibeli, kita antar. Tentu ada costnya, seperti layaknya tukang antar galon air isi ulang, misalnya Rp.1.000 per satu galon. Untuk belanja barang2 lainnya perlu dikalkulasikan biaya yang pas atas service kita antar barang ke konsumen.  Nggak mungkin lah orang beli satu sikat gigi misalnya, kita antar. Tekor kita nanti, man!!
Emang kayaknya konsep dagang kayak gini rasanya hanya bisa untuk perumahan yang 100-200KK biar nggak tekor untuk ngantar2nya. Lebih pasnya lagi untuk perumahan yang baru dibuka, karena belum banyak saingannya juga.

Apa nggak rugi dengan konsep dagang kayak gitu?? Ya enggak lah!!! (Belum tahu ding!!) Namanya baru pergulatan di konsep. Tapi yang jelas, kita berdagang niatnya tentu bukan untuk satu atau dua tahun. Yang mau kita bidik adalah konsumen yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap produk yang kita jual sekalipun barang yang akan kita jual adalah sama dengan tempat lain. Sebagaimana dalam teori marketing, yang akan kita bidik adalah tingkatan loyalitas pada client,  advocate dimana pelanggan membeli semua barang/ jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan, mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan pesaing produk lain. Bahkan layaknya pada level klien, advocates membeli seluruh barang/ jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur sebagai tambahan mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli barang/ jasa tersebut. Ia membicarakan tentang barang/ jasa tersebut, melakukan pemasaran untuk perusahaan tersebut dan membawa pelanggan untuk mart kita tersebut. Itu yang sebenarnya mau dibidik dari konsep swa-mart yang kepenginnya segera bisa direalisasikan. Tinggal kalkulasi modal neh maunya..................hehehe


Agenda Ekonomi Syariah dan AM IMF-WB 2018

Dimuat di Kanigoro.com 29 Agustus 2018 Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-WB) akan digelar di Nusa Dua Bali t...